semua informasi ini saya ambil dari
<img alt="PDF" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/pdf_button.png">
<img alt="Print" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/printButton.png">
<img alt="E-mail" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/emailButton.png">
<img alt="PDF" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/pdf_button.png">
<img alt="Print" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/printButton.png">
<img alt="E-mail" src="http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/templates/comaxium/images/emailButton.png">
Batik Nusantara dan Penjelasannya - Di Indonesia kita bisa menemukan berbagai macam motif batik indonesia,
sehingga dengan berbagai macam motif batik yang ada di Indonesia akan
memperkaya ragam budaya bangsa kita. Setiap daerah yang ada di negeri
kita akan mempunyai motif tersendiri untuk jenis batiknya, hal ini
sesuai dengan karakter yang ada pada masyarakat tersebut. Misalnya untuk
kain batik di daerah pesisir pantai maka motif dari kain batik tersebut
identik dengan hiasan ikan atau binatang laut serta identik dengan ciri
khas pesisir. Berbeda dengan motif batik daerah pedalaman maka motif
batik tersebut identik dengan ciri ciri alam dan berbagai ornamen baik
hewan atau tumbuhan.
|
|
|
Pengertian Batik
Batik
merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri
dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan
suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi
bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang
sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan
menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah
itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan
sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai
sifat-sifat khusus.
Secara
etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti
titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang
menjadi istilah ”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping
itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau
meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro
(2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan
menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang
sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi
seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan
pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau
dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik
identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran
motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik
adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman
yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama
canting dan cap.
Sejarah Perkembangan Batik
Ditinjau
dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan
masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas oleh
kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta
pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar
keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan
sejarahnya, periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Jaman Kerajaan Majapahit
Berdasarkan
sejarah perkembangannya, batik telah berkembang sejak jaman Majapahit.
Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal
pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga
tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung masih
berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati
Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga
terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati
Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung
Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang
tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik.
Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik
Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal
ini terjadi karena pada waktu clash tentara
kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari
pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh
karena itu, ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan
batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda
dan biru tua.
Jaman Penyebaran Islam
Batoro
Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam
ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat
sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai
Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih
terbatas dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari
kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren
Tegalsari mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang
kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang
adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo,
Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Batik daerah yogyakarta
Batik
di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada
masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama.
Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan
keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita
pengiring ratu. Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga kraton
memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat pakaian yang
dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya
batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.
Ketika
masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang
menyebabkan keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di
daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur
Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya maka membuat batik semakin dikenal
di kalangan luas.
Batik di Wilayah Lain
Perkembangan
batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830 setelah
perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran
Diponegoro yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik
Banyumas dikenal dengan motif dan warna khusus dan dikenal dengan batik
Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang
menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Selain
di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini
terjadi karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti
Ciamis dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug,
Sukapura, Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai
berkembang dari keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.
|
Berikut ini kami akan memberikan informasi mengenai berbagai macam batik nusantara dan penjelasannya.
1. Batik Motif Ciptoning
Motif ciptoning biasa digunakan oleh pemimpin atau orang yang dituakan
di daerah itu. Seorang pemimpin yang memakai batik motif ini filosofinya
adalah supaya ia dapat menjadi pemimpin yang bijak dan dapat memberi
contoh yang baik terhadap rakyat yang dipimpinnya. Motif Ciptoning ini
tidak hanya diperuntukkan untuk pemimpin saja namun juga untuk setiap
manusia agar dia bisa memimpin dirinya sendiri menuju ke arah yang lebih
baik.
2. Batik Motif Pari Kesit
Motif batik pari kesit ini mengandung arti/ makna bahwa untuk mencari
keutamaan maka harus dilandasi dengan kegesitan dan kerja keras. Namun
usaha tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Usaha keras dan juga gesit namun dilandasi dengan cara
yang kotor akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri.
3. Motif Batik Sido Luhur
Bagi orang jawa motif batik sido luhur ini memiliki makna keluhuran,
keluhuran disini adalah mencari keluhuran materi dan non materi.
keluhuran materi adalah keluhuran ragawi yang tercukupi, Yang didapat
dengan cara bekerja keras sesuai dengan profesi, pangkat dan
kedudukannya di masyarakat. Keluhuran materi ini hendaknya didapatkan
dengan cara yang halal, sah dan tidak bertentangan dengan peraturan dan
norma yang berlaku dimasyarakat.
Sedangkan keluhuran nonmateri yang dimaksud adalah keluhuran budi
pekerti, tindakan seseorang, budi pekerti orang itu. Seseorang yang bisa
dipercaya oleh orang lain adalah memiliki budi pekerti yang baik
sehingga bisa dianggap memiliki keluhuran non materi. Sesuai dengan
falsafat orang jawa bahwasanya seseorang hidup di dunia ini tidak untuk
dirinya sendiri namun juga hidup untuk bisa memberikan manfaat kepada
keluarga, orang lain dan masyarakat sekitar, serta tidak lupa dengan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Motif Batik Sido Drajad
Batik jenis Sido Drajad biasanya dipakai oleh besan pada acara
pernikahan. Cara pemakaiannya pun mempunyai makna tersendiri. Pada
anak-anak misalnya pemakaian batik dengan cara sabuk wolo, dengan
pemakaian ini maka memungkinkan anak untuk dapat bergerak bebas. Secara
filosofi nya dapat diartikan bahwa sabuk wolo dipakaikan kepada
anak-anak maka diartikan anak-anak yang masih bisa bergerak bebas di
masyarakat, belum dewasa, dan tentunya belum memiliki tanggung jawab
moral di masyarakat.
5. Motif Batik Sido Mukti
bagi orang jawa motif batik sido mukti memiliki arti kemakmuran.
kemakmuran disini adalah kemakmuran di dunia dan juga kemakmuran di
akherat kelak. Kemakmuran lahir dan batin ini akan bisa tercapai apabila
diikuti dengan usaha yang keras, perilaku dan budi pekerti yang baik di
masyarakat.
6. Motif Batik Cuwiri
Motif batik cuwiri biasanya digunakan pada acara mitoni.Mitoni adalah
tradisi masyarakat yaitu memperingati 7 bulanan bayi yang masih di
kandungan. Cuwiri sendiri menurut istilah orang jawa adalah
kecil-ke
pengusaha batik khas tuban
Tulisan ini merupakan posting keempat saya mengenai kunjungan/wisata edukasi green industry
pada tanggal 6 Juni 2015 di pabrik semen Gresik di Tuban. Semen Gresik
merupakan salah satu anak perusahaan PT Semen Indonesia (persero) Tbk
yang pabriknya berada di Gresik (sudah selesai), Tuban (sekarang) dan
Rembang (tahun depan). Dengan mengusung konsep wisata edukasi green industry para peserta diajak mengenal lebih dekat mengenai impelemtasi program tripple bottom line yang berupa profit, people & planet yang tidak hanya mencari keuntungan (profit) namun juga mensejahterakan masyarakat sekitar (people) dan lebih jauh, menghijaukan kembali bumi (planet). Saya telah merangkumnya dalam 4 tulisan yaitu:
- Pemilihan tanaman di area green belt
- Sehari bersama WEGI 3
- Reklamasi PT Semen Indonesia
- Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban
![]() |
| Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban |
Batik tulis dan tenun gedog, saya tak menyangka jika bisa melihat langsung UKM ini ketika ikut WEGI 3 di pabrik Semen di Tuban bulan Juni lalu. Saya sempat googling dengan keyword “UKM Kerek” tanpa tahu maknanya. Ternyata Kerek adalah nama sebuah kecamatan di Tuban yang beberapa desanya merupakan pengrajin batik tulis tenun jedog yaitu desa Margirejo, desa Gaji, desa Kedungrejo dan desa Karanglo.
Rombongan WEGI 3 koridor utara yang berasal dari Semarang memasuki desa Kedungrejo kecamatan Kerek sekitar jam 11:45 siang. Bis berhenti di sebuah rumah yang indah bergaya Jawa antik dengan deretan kursi tamu di luar. Seorang wanita cantik datang menyapa dan menjabat tangan setiap tamu. Kami diajak berbincang mengenai batik Tuban, sejarah, motif, kegiatan, pameran, dan terutama peran pt Semen Indonesia yang sangat membantu. Wanita tersebut bernama Uswatun Hasanah, seorang pengrajin batik sekaligus instruktur batik yang terkenal di Tuban.
![]() |
| Uswatun Hasanah - pengusaha dan isntruktur batik - peraih upakarti 2010 |
Uswatun Khasanah adalah potret pengusaha batik yang mapan di Tuban. Ia menggeluti kerajinan batik pada tahun 1993 lalu dengan nama “Batik Tulis Tenun Gedog Sekar Ayu”. Usahanya mulai dibina oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2007. Tak tanggung-tanggung, pada tahun 2009, batiknya dipamerkan di UKM World pertama sebagai wakil PT SI dan menjadi juara pertama.
“Ada 200 perajin di desa Kedungrejo dan sekitarnya yang saya bina. Saya juga menjadi instruktur batik. Anak-anak sekolah juga saya ajari membatik di sini. Hasilnya saya bayar agar mereka senang karena memiliki penghasilan,” demikian penjelasannya pada kami. Wanita yang mendapat Upakarti pada tahun 2010 ini memang berjasa dalam mengeksplor aneka batik di Tuban dan berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan apa yang ia kuasai.
Saat ini, batik tulis Tuban telah memiliki 100 motif batik dan 40 di antaranya telah dipatenkan. Batik tulis tuban memiliki 2 bentuk yaitu kain ukuran 90x250 cm yang disebut tapih, dan selendang. Fungsi batik bagi masyarakat Tuban sangat essensial. Biasanya digunakan untuk hantaran pernikahan pengantin pria yang diberikan kepada pengantin putri. Minimal ada 5 lembar batik, namun rata-rata hantaran batiknya berjumlah 100-200 helai. Budaya memberikan batik kepada mempelai putri ini membuat masyarakat sekitar sangat menjaga batik yang dimilikinya untuk diwariskan pada anak-anaknya. sekarang ini, batik Tuban sudah memiliki bentuk bermacam-macam sesuai permintaan pasar. Ada pakaian jadi, tas dan dompet.
Saya yang pernah belajar sejarah dan sosial budaya mengenali motif burung peonix (hong = bhs Cina), tanaman dan bunga-bungaan serta bentuk kijang. Warnanya juga cerah seperti ciri khas batik pantura yang terinspirasi dari China. Rupanya terjadi asimilasi budaya antara Jawa dan Cina. Motif Jawa yang khas adalah motif bunga dan tanaman. Motif China terlihat dari burung peonix (Hong).
Usai ramah tamah dan penjelasan mengenai usaha Batiknya, kami diajak melihat ke ruang produksi. Karena kami datang pada jam istirahat siang, maka ruang produksi nampak sepi. Dengan ramah bu Uswatun menjelaskan dan membeberkan rahasia pewarnaan batik.
![]() |
| Batik dengan pewarna alami |
Untuk warna biru, bahan pewarna yang dipakai adalah daun indigo. Khusus
daun ini, penguat warna yang digunakan adalah legen atau minuman dari
sari kelapa siwalan yang sangat khas di Tuban.
Kulit batang pohon mahoni untuk warna coklat.
Daun batang pohon mahoni untuk warna biru muda
Kulit kayu nangka untuk warna kuning.
Selain daun indigo yang menggunakan pengunci air legen, pengunci pewarna alami lain adalah tawas dan kuncung. Proses pencelupan untuk warna alami adalah 3 bulan.
Rombongan kami terus memasuki area produksi dan saya mulai mencari-cari bahan posting karena sadar akan waktu yang sangat berharga. Saya memasuki area pembuatan batik cap, melihat tumpukan bahan pembuatan batik, dan syukurlah.... sebelum kami pergi, ada 3 pembatik muda yang memulai pekerjaannya lebih dini. Tahu saja jika rombongan kami ingin melihat proses membatik di Tuban. Ada 3 pembatik yang mengerjakan proses yang berbeda-beda. Ada yang melukis motif batik dengan malam, ada yang mulai memberi warna, dan yang satunya mengerjakan proses melukis batik dengan malam namun untuk bahan sutera yang halus. Puas melihat proses membatik, saya segera mengikuti rombongan yang mulai kembali ke halaman depan untuk berfoto bersama.
Kulit batang pohon mahoni untuk warna coklat.
Daun batang pohon mahoni untuk warna biru muda
Kulit kayu nangka untuk warna kuning.
Selain daun indigo yang menggunakan pengunci air legen, pengunci pewarna alami lain adalah tawas dan kuncung. Proses pencelupan untuk warna alami adalah 3 bulan.
Rombongan kami terus memasuki area produksi dan saya mulai mencari-cari bahan posting karena sadar akan waktu yang sangat berharga. Saya memasuki area pembuatan batik cap, melihat tumpukan bahan pembuatan batik, dan syukurlah.... sebelum kami pergi, ada 3 pembatik muda yang memulai pekerjaannya lebih dini. Tahu saja jika rombongan kami ingin melihat proses membatik di Tuban. Ada 3 pembatik yang mengerjakan proses yang berbeda-beda. Ada yang melukis motif batik dengan malam, ada yang mulai memberi warna, dan yang satunya mengerjakan proses melukis batik dengan malam namun untuk bahan sutera yang halus. Puas melihat proses membatik, saya segera mengikuti rombongan yang mulai kembali ke halaman depan untuk berfoto bersama.
![]() |
| Ruang batik cap |
![]() |
| 3 perempuan pembatik |
![]() |
| bahan yang akan dibatik. kiri adalah tenun gedog, kanan adalah kain katun |
![]() |
| Foto bersama sebelum pulang |
Demikianlah cerita saya tentang batik di Tuban. Oh ya, untuk batik, saya pernah memposting cara membuat batik di desa Tembi Jogja. Silahkan dibaca jika ingin mengenal batik di sana.
Terima kasih pada PT Semen Indonesia dan WEGI yang telah memberi kesempatan pada saya untuk mengenal lebih dekat industri semen dan program 3P-nya yang sangat ramah lingkungan. Semoga tulisan saya serta penjelasan saya pada pertanyaan di sekitar lingkungan saya mengenai kegiatan wisata saya pada tanggal 6 Juni lalu bisa mewakili misi Green industry yang menjadi salah satu konsep perusahaan semen terbesar ini. Sekali lagi terima kasih.
ciri ciri batik khas Tuban
1. Batik Gedog
Kata Gedog
yang menjadi trade mark sebenarnya berasal dari bunyi dog dog dog dog
dari bunyi kain tenun untuk membuat kain yang digunakan kai, pembatikan
di Tuban vertikal dan merupakan satu kesatuan (integrated). Maksudnya,
bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas.
Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah
jadi selembar kain lalu dibatik.
Batik Gedog pada awalnya merupakan kegiatan ibu desa yang menunggu suaminya pulang dari bercocok, sembari mengisi waktu ibu –ibu didaerah Kecamatan Kerek melakukan kegiatan membatik.
Berkembangnya Tuban sebagai pusat perdagangan Nusantara di Zaman Majapahit menjadikan Batik Gedog mengalami metamorfosis dalam hal Motif, karena ada sentuhan Budaya lain khususnya Cina. Motif batik Gedog natural karena motif di pengaruhi alam sekitar, maka motif yang muncul seperti: Kijing Miring, Kembang Waluh, Uler keket, Rengganis, Blaraan, Manggaran, Uker, Liren, Panjiori, Ririnan, Kelopo Segantet,Remekan, Manuk Jalak, Irengan, Supit, Dudo Brenggola, kenongo uleren, ganggeng Motif panji krentil, panji serong dan panji konang. panji krentil, panji serong, dan panji konang, dahulu kala konon hanya dipakai pangeran. Batik motif panji krentil berwarna nila justru diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
Berkembangnya Tuban sebagai kota perdagangan yang kosmopolit waktu itu, Batik Gedog juga menjadi komoditas ekonomi yang mengiurkan, maka motif berkembang menjadi beragam,unsur Cina pun masuk dalam motif seperti burung Hong serta warna batik Gedog tidak hanya gelap semata tapi juga berkembang warna warna cerah, seperti merah Khas Cina.
Layaknya Batik pesisiran lainnya batik Gedog dalam soal warna dan motif tidak terpengaruh dengan pakem layaknya batik Jawa Tengahan yang wawarna sogan, indigo, hitam dan putih, dan motif di pengaruhi oleh budaya hindhu-Budha, yang bersifat simbolis,ragam hias batik Tuban Ragam hias batik Jawa Timur bersifat naturalis dan juga di pengaruhi budaya asing.
Kata Gedog
yang menjadi trade mark sebenarnya berasal dari bunyi dog dog dog dog
dari bunyi kain tenun untuk membuat kain yang digunakan kai, pembatikan
di Tuban vertikal dan merupakan satu kesatuan (integrated). Maksudnya,
bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas.
Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah
jadi selembar kain lalu dibatik.Batik Gedog pada awalnya merupakan kegiatan ibu desa yang menunggu suaminya pulang dari bercocok, sembari mengisi waktu ibu –ibu didaerah Kecamatan Kerek melakukan kegiatan membatik.
Berkembangnya Tuban sebagai pusat perdagangan Nusantara di Zaman Majapahit menjadikan Batik Gedog mengalami metamorfosis dalam hal Motif, karena ada sentuhan Budaya lain khususnya Cina. Motif batik Gedog natural karena motif di pengaruhi alam sekitar, maka motif yang muncul seperti: Kijing Miring, Kembang Waluh, Uler keket, Rengganis, Blaraan, Manggaran, Uker, Liren, Panjiori, Ririnan, Kelopo Segantet,Remekan, Manuk Jalak, Irengan, Supit, Dudo Brenggola, kenongo uleren, ganggeng Motif panji krentil, panji serong dan panji konang. panji krentil, panji serong, dan panji konang, dahulu kala konon hanya dipakai pangeran. Batik motif panji krentil berwarna nila justru diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
Berkembangnya Tuban sebagai kota perdagangan yang kosmopolit waktu itu, Batik Gedog juga menjadi komoditas ekonomi yang mengiurkan, maka motif berkembang menjadi beragam,unsur Cina pun masuk dalam motif seperti burung Hong serta warna batik Gedog tidak hanya gelap semata tapi juga berkembang warna warna cerah, seperti merah Khas Cina.
Layaknya Batik pesisiran lainnya batik Gedog dalam soal warna dan motif tidak terpengaruh dengan pakem layaknya batik Jawa Tengahan yang wawarna sogan, indigo, hitam dan putih, dan motif di pengaruhi oleh budaya hindhu-Budha, yang bersifat simbolis,ragam hias batik Tuban Ragam hias batik Jawa Timur bersifat naturalis dan juga di pengaruhi budaya asing.
2. Batik Karang
Batik
Karang merupakan salah satu jenis varietas batik di Tuban, pusat
kerajinan Batik Karang ini, sesuai namanya ada di Desa Karang ,
Kecamatan Semanding . Ciri khas batik warna nya yang cerah atau
ngejreng. Untuk Motif dalam batik karang juga mengunakan motif natural
layaknya batik Gedog Tuban, tapi dalam bati karang muncul unsur motif
ikan yang tidak terdapat di Batik Gedog Tuban, ada nya unsur ikan tidak
lepas posisi per
Sebaran dan perkembangan batik Karang yaitu dekat dengan pusat kota dan pesisir pantai, Batik karang juga di kategorikan batik pesisir karena mempunyai ciri khas war warni yang cerah, dan tidak tunduk pada pakem model Jawa Tengahan. Batik Karang memang secara historis belum banyak begitu tereksplore di sebabkan mininmya referensi, serta publikasi yang kurang.
Batik
Karang merupakan salah satu jenis varietas batik di Tuban, pusat
kerajinan Batik Karang ini, sesuai namanya ada di Desa Karang ,
Kecamatan Semanding . Ciri khas batik warna nya yang cerah atau
ngejreng. Untuk Motif dalam batik karang juga mengunakan motif natural
layaknya batik Gedog Tuban, tapi dalam bati karang muncul unsur motif
ikan yang tidak terdapat di Batik Gedog Tuban, ada nya unsur ikan tidak
lepas posisi perSebaran dan perkembangan batik Karang yaitu dekat dengan pusat kota dan pesisir pantai, Batik karang juga di kategorikan batik pesisir karena mempunyai ciri khas war warni yang cerah, dan tidak tunduk pada pakem model Jawa Tengahan. Batik Karang memang secara historis belum banyak begitu tereksplore di sebabkan mininmya referensi, serta publikasi yang kurang.
3. Batik Palangan
Batik
Palangan berkembang di Kecamatan Palang sampai paciran Lamongan, batik
tersebut tidak begitu terkenal di Kabupaten Tuban, disebabkan jumlah
Pembatik yang sediki sehingga produksinya tidak sebanyak batik Gedog
atau Batik karang, Pembuatan batik palangan perbiji membutuhkan waktu
sekitar 2 bulan, keunggulan batik ini pada batikan yang sangat halus dan
teliti, tak heran batik jenis ini menjadi buruan para kolektor dan
harganya mencapai jutaan rupiah, Batik halus, teliti serta produksi yang
terbatas menyebabkan batik ini merupakan batik antik yang jarang di
jumpai di pasaran, mencaripun harus berburu di pelosok desa Palang bagai
menncari jarum di tumpukan jerami.sejarah batik ini tidak begitu di
ketahui karena tidak referensi yang mendukungnya.
Batik
Palangan berkembang di Kecamatan Palang sampai paciran Lamongan, batik
tersebut tidak begitu terkenal di Kabupaten Tuban, disebabkan jumlah
Pembatik yang sediki sehingga produksinya tidak sebanyak batik Gedog
atau Batik karang, Pembuatan batik palangan perbiji membutuhkan waktu
sekitar 2 bulan, keunggulan batik ini pada batikan yang sangat halus dan
teliti, tak heran batik jenis ini menjadi buruan para kolektor dan
harganya mencapai jutaan rupiah, Batik halus, teliti serta produksi yang
terbatas menyebabkan batik ini merupakan batik antik yang jarang di
jumpai di pasaran, mencaripun harus berburu di pelosok desa Palang bagai
menncari jarum di tumpukan jerami.sejarah batik ini tidak begitu di
ketahui karena tidak referensi yang mendukungnya.
Oh ya … dari percakapan dengan salah satu
Bapak dari Dinas Indagkop beberapa waktu lalu, ternyata untuk Batik
Palangan ini sudah dikembangkan batik tulis katun dengan pewarnaan alami
lho … nahh, bangga bukan ? selain bagus dipakai juga ramah lingkungan.
Dan metode ini juga sedang dikembangkan di sentra Batik di Kerek … hmmhh
makin bangga ya dengan Batik Tuban 
Nah … menarik banget kan membaca dan
menambah pengetahuan tentang Batik Tuban ? sudah saat nya anak muda
Indonesia, khususnya Tuban lebih tahu tentang khasanah budaya negeri
kita sendiri dan juga melestarikan nya , karena kalau bukan kita … siapa
lagi ?
.. jangan sampai saat Batik Tuban nanti di akui sebagai karya seni
negeri lain, kita baru teriak – teriak kebakaran jenggot … bakalan agak
sedikit terlambat kalau begitu … hehehe
***contoh batik Tuban
- Motif Pari-pari : Motif baru yang diberi nama motif Pari-pari ini adalah motif batik gedog baru ciptaan kami. Sekilas mempunyai kemiripan dengan motif Ganggeng (motif kuno batik tulis gedog).
![]() |
| Sekilas terlihat seperti motif Ganggeng. |
- Motif Insan Kamil / Kates Gantung 2 : Motif yang terinspirasi dari motif Kates Gantung namun dengan penambahan bulatan pada beberapa bagian (sela-sela) motif Kates Gantung. Dinamakan motif Insan Kamil karena merupakan salah satu motif yang menjadi motif seragam salah satu instansi pendidikan di Kabupaten Tuban.
![]() |
| Motif Insan Kamil : Motif Kates Gantung 2. |
- Motif Anggur Kupu : Perpaduan motif Anggur-angguran dengan tambahan motif / gambar Kupu-kupu. Motif Anggur-angguran dengan ciri khas bulatan menyerupai buah Anggur yang dipadukan motif fauna Kupu-kupu yang terlihat seakan berterbangan diantara buah Anggur.
![]() |
| Motif perpaduan Kupu-kupu dengan Anggur. |
- Motif Kembang Jati / Dharma Wanita : Ciri khas motif Kembag Jati / Dharma Wanita, terdapat "pentolan" seperti bunga pohon jati. Dinamakan motif Dharma Wanita (selain dinamakan motif Kembang Jati) karena pernah dipergunakan sebagai batik seragam oleh Dharma Wanita.
![]() |
| Motif Miring-Miring dengan warna gelap sebagai cirinya. |
![]() |
| Motif Miring-Miring dengan warna gelap sebagai cirinya. |
*** ALAT DAN BAHAN MEMBATIK

1. Peralatan Membatik
a. Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik. Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif batik. Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
- Gagang
- Nyamplung (tangki kecil)
- Cucuk atau carat
b. Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga dapat dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.
c. Kompor Minyak Tanah
Kompor minyak tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair. Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik tradisional biasanya menggunakan anglo atau keren. Anglo merupakan arang katu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap yang ditimbulkannya berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan
asap. Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm, sesuai dengan besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.
d. Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari bahan logam. Pilihlah wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya dari dan ke atas kompor. Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan malam.
e. Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk membentangkan kain tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian karena bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah diangkat dan dipindahkan. Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan membatik Anda. Memang di masa lalu ada beberapa peralatan pendukung lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di anglo/keren. Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam kegiatan membatik.
f. Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar kain benar-benar tercelup semuanya.
g. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau tungku dan untuk melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran kain yang dibatik.
h. Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan pewarna dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna. Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung tangan karena bahan pewarna batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).
i. Sendok & Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.
2. Bahan Batik
a. Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik adalah kain, sebagai media tempat motif akan dilukiskan. Untuk membatik biasanya kain yang biasa digunakan adalah jenis kain katun seperti kain Voilissma, Primis, Primissima, mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, dan ada juga yang mempergunakan kain sutera alam. Media kain yang harus diperhatikan adalah usahakan agar kain tersebut tidak mengandung kanji atau kotoran lainnya, karena hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun warna. Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan istilah “ngloyor”. Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau larutan asam. Pengolahan kain menggunakan minyak jarak, langkah yang harus dikerjakan
yaitu merendam kain dalam panci dan direbus dengan memasukkan minyak jarak ke dalam rebusan kain tersebut. Apabila sudah mendidih, diambil dan direndam dalam air dingin sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam kain ini bisa ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya dilakukan satu hari, tetapi perlu diperhatikan bahwa larutan asam yang terlalu banyak akan merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak dan larutan asam tidak cocok digunakan untuk kain sutera, karena kain sutera yang berbahan sangat lembut memerlukan perlakuan khusus. Biasanya pengolahan kain sutera
dengan sabun yang khusus untuk serat halus dan tidak diperas berlebihan atau apabila sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa menggunakan shampo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja dan cucilah dengan perlahan. Sebagai tambahan saja, bahwa kain sutera sangat cocok apabila diwarna dengan menggunakan pewarna alam. Selanjutnya setelah kain diangkat dari perendaman, kemudian kain dilipat dan dikemplong (“ngemplong”) yaitu dengan cara memukul-mukul kain tersebut dengan menggunakan pemukul kayu. Tujuannya agar serat kain menjadi kendor dan lemas. Setelah dikemplong kain dijemur. Setelah kering kain bisa diseterika dan siap untuk dipola. Saat ini banyak tersedia kain yang berkualitas bagus, tetapi tentu saja kain tersebut masih mengandung kanji. Tetapi terkadang saat ini banyak orang yang hanya merendam kain dalam air sampai beberapa kali tanpa menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga dilakukan pada kain yang sedikit mengandung kanji. Setelah kain diproses “ngloyor” dan “ngemplong”, kain tersebut diukur sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan.
b. Malam / Lilin
Malam merupakan bahan bahan utama yang menjadi ciri khas dalam proses membatik. Dalam proses membatik, malam mempunyai fungsi untuk merintangi warna masuk ke dalam serat kain dimana motif telah dipolakan dan agar motif tetap tampak. Sebelum menggunakan malam, pilihlah malam yang sesuai dengan kebutuhan, karena malam memiliki jenis, sifat, dan fungsi beragam..........




























0 komentar:
Posting Komentar